Bagaimana Kuliah tanpa Uang?


Saya berasal dari SUMUT, tepatnya kab. Simalungun.
Saya Afrelan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Saya punya komitmen untuk  melajutkan kuliah setelah SMA, walaupun keadaan finansial tidak mendukung.
saya meyakinkan nenek, dan kelurga saya. bahwa saya akan kuliah dengan mandiri. Saya sampaikan pasti banyak pekerjaan sampingan yang dapat dikerjakan mahasiwa sambil kuliah agar bisa memenuhi kebutuhan makan dan tempat tinggal. Saya yakinkan pula nanti saya pasti bisa dapat beasiswa.

Akhirnya…
Kami sepakat meminjam uang untuk membeli tiket pesawat & saya pun melangkah ke tangga yang diberi  status mahasiswa di Universitas Palangka Raya di Kalimantan Tengah.

Semester I
-Masa OSPEK atau di kampus kami disebut OMBA (orientasi Mahasiswa Baru).  Masa OMBA ada ±1 bulan, kadang ± jam 3 subuh ke kampus, dan jam 17.00 WIB pulang ke kos.
Sementara saya tidak punya uang untuk makan, tempat tinggal, dan membeli perlengkaan OMBA. Jadi, seminggu berada di Kalimantan, saya langsung mencari kerjaan sampingan. Puji Tuhan, kebetulan ada kerjaan malam hari dan upahnya harian. dimulai pukul 19.30 s.d 01.30 dini hari.

Kerjaannya menjaga kolam pancing ikan Lele, yang berjarak 5 Km dari kampus saya. Gaji saya biasanya 50 ribu-150 ribu/malam. seminggu bekerja 4 kali. Saya belum punya motor, jadi sering diantar, dan kadang lupa dijemput kawan satu kamar.
saya ± 5 kali jalan kaki dari tempat kerja pukul 02.00 dini hari menuju kampus, karena mungkin satu kamarku ketiduran. Jadi, karena kelelahan saya juga pernah tidur di depan gereja kampus.  Di sinilah saya berpikir , mencari uang dengan tenaga itu sangat melelahkan :
tapi hati saya terus berkata SEMUA INI ADALAH KOMITMEN HIDUPMU….!!!!!

Kembali ke masa OMBA, saya sering tidak tidur malam, sampai pada suatu hari, badan ku terlalu lelah, aku tidak ke kampus. saya tidur jam 06.00 pagi dan bangun jam 14.00 sore.

Masa kuliah (PASCA-OMBA)
Di kampus saya, saya sangat aktif bertanya dan mengkritisi cara mengajar dosen, dan sering jengkel pada oknum dosen  yang membuat mahasiswa itu seakan sapi perah.
Pengalaman saya (semester  1 ada ± 2 dosen seperti ini): Ada dosen nawarin buku fotocopyan harga 90 ribu dan mengatakan nilai aman. tetapi saya fotocopy sendiri hanya 12 ribu.
saya hitung2 MABA di kampus yang dia ajarin ada ± 250 orang. anggap 200 orang membeli dengan dia. artinya dia untung 90 ribu-12 ribu = 78 ribu x 200 mahasiswa =Rp 15.600.000,- setiap tahun hanya modal nawarkan goresan tinta (nilai) bisa membeli sepeda motor tiap tahunnya.
catatan: saya sangat benci dosen yg menjadikan mahasiswa sbg sapi perah, karena saya mengalami betapa tulang dan daging sakit mencari uang dengan tenaga. Dan saya tahu masih banyak orang tua mahasiswa di kampung yg mencari uang dengan tenaga, seperti buruh tani, pekebun, penambang illegal, nelayan, dsb.
Kemudian, satu semester pun berlalu dengan IP 3, 19.

Semester II
Saya masih bekerja, dan sudah berpikir untuk mencari pekerjaan lain, karena terlalu sakit rasanya kebanyakan begadang karena kerja. Puji Tuhan, saya dapat ide dengan membuka les privat dan mendapat gaji cukup2 makan.
± 3 bulan les privat, karena murid saya hanya 3 orang , saya mencari pekerjaan baru yaitu bersama teman menjadi pencuci motor dan pengisi ulang air minum. Dan disini saya sudah mulai pekerjaan saya yang menjaga kolam pancing, ke sesama mahasiswa yg butuh uang tambahan kuliah.
Relasi saya ketika mengajar privat, menawarkan saya bekerja menjual ayam di pasar besar. Saya pun mengiyakan pekerjaan itu. ± 4 bulan saya bekerja disitu dengan gaji 50-100 ribu/ hari.
semua pekerjaan saya coba yg penting tidak terlalu menggangu kuliah dan tidak melanggar hukum.
Semester II akhirnya selesai dengan IP 3,02



Semester III
Ada kebahagiaan yang dalam diri ini ketika masih dapat duduk di bangku kuliah di semester ini. Dimana aplikasi beasiswa saya diterima oleh Yayasan KSE. bantuan finansial saya dapatkan ditiap awal bulan 600 ribu + banyak/kegiatan yg menambah wawasan dan pengalaman saya.

Saya mulai tidak bekerja dan fokus pada kuliah serta kegiatan sosial KSE dan berbagai komunitas/organisasi yang saya ikuti. Saya tinggal di sekretariat penerima Beasiswa KSE di kampus saya, dan saya berusaha meminilisir pengeluaran. dan kadang sekali 2 bulan minta kiriman dari 200-500 ribu.
Alhasil semester ini selesai dengan IP 3,50 (Walaupun saya pikir, IP bukanlah tolak ukur kuliah saya bagus/tidak)

Semester 4-selanjutnya nanti saya tulis pada kesempatan yg lainnya…

Komentar

  1. Sip bung, akhirnya kembali menulis...hehe terus berkarya bung, sangat menginspirasi perjuanganmu untuk kuliah dan mencari uang

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap bung, kalau ada waktu saya ingin terus menulis.

      Hapus

Posting Komentar