KISAH KEDATANGAN BUNG KARNO DI KALIMANTAN TENGAH

Pendahuluan

Tahun 1950-an adalah dekade terjadinya pemberontakan di beberapa daerah, termasuk di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Tahun 1954, Ibnu Hajar bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo untuk membentuk negara Islam di wilayah Kalimantan Selatan. Beberapa pemimpin suku Dayak yang sempat mengenyam pendidikan modern di Jawa, menginginkan pembentukan provinsi sendiri karena selama ini tinggal di wilayah administratif yang dipimpin oleh suku Banjar. Keinginan ini tentu disambut baik oleh pemerintahan pusat di Jakarta karena pemerintah perlu provinsi yang loyal di daerah pinggiran, yang berbatasan dengan daerah-daerah yang pernah terjadi pemberontakan di dalamnya.

Maka cukup mudah bagi Tjilik Riwut untuk mengundang Bung Karno ke Pahandut, yang waktu itu merupakan bagian Provinsi Kalimantan Selatan untuk membentuk provinsi baru yaitu Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangka Raya.

Tjilik Riwut menyampaikan permohonan kepada Bung Karno untuk melakukan peletakan tiang pertama di Ibu Kota Kalimantan Tengah, posisinya berada di belakang kampung Pahandut, letaknya berada di hutan belukar. Bung Karno menanyakan kepada Tjilik Riwut “mengapa tidak di kota yang sudah ada saja?”. Tjilik Riwut menjelaskan bahwa agar Kalimantan Tengah benar-benar murni dibangun atas hasil karya anak bangsa di Alam Merdeka. Bukan peninggalan Belanda. Murni dibangun dari hutan belukar. Peresmian ini akan dikenang sepanjang masa, oleh karenanya Tjilik Riwut memohon agar Bung Karno sendiri yang datang meresmikan. Bung Karno pun menyetujui permohonan tersebut.




Bung Karno Tiba di Kalimantan

Pada tanggal 15 Juli 1957 Rombongan Bung Karno mengunjungi Perkampungan Pelajar Mulawarman sebelum menuju ke Palangka Raya. Sore harinya mereka berangkat ke Kuala Kapuas, perjalanan ini memakan waktu enam Jam. Setelah makan siang, rombongan bung Karno menghadiri rapat raksasa hingga menjelang maghrib. Malam harinya para rombongan menghadiri malam kesenian. Kedatangan rombongan bung Karno disambut meriah oleh masyarakat, meskipun acara sangat padat, namun seluruh acara dapat berjalan dengan lancar. 


Pagi hari Pada tanggal 16 Juli 1957, rombongan Bung Karno melanjutkan perjalanan menuju Kota Palangka Raya (dahulu disebut pahandut). Rute perjalanan rombongan Bung Karno dengan perahu motor terus membelah sungai martapura, Barito, Kapuas, Anjir Serapat, Anjir Kelampan dan sungai Kahayan dalam perjalan ke Kuala Kapuas dan sampai Pahandut.


Kedatangan bung Karno ke Kalimantan Tengah disambut dengan meriah, sepanjang jalan raya,  sungai dan kanal yang dilalui terpancang dengan megah Sang Merah Putih. Pekikan “Merdeka” dan “Hidup Bung Karno” menggema sepanjang  perjalanan. Saat melewati jalur sungai, terlihat tiga anak kecil berdiri di atas batang kayu yang mengapung di tepi sungai. Gulungan ombak yang disebabkan oleh motorboat rombongan Bung Karno, menyebabkan ketiga anak tersebut jatuh ke dalam sungai. Rombongan Bung Karno khawatir, belum sempat terjun untuk menolong, ketiga anak itu seketika muncul ke permukaan sambil tertawa dan teriak “Merdeka”.


Sesekali rombongan dikejutkan oleh tabuhan gendang dan gong di pantai, tanda mereka sedang menunggu kedatangan rombongan. Bukan sekedar tanda kegembiraan masyarakat karena kedatangan pemimpin, tabuhan gendang dan gong juga ditujukan untuk menjaga rombongan agar  terhindar dari gangguan orang-orang halus, dari jin-jin dan pengacau-pengacau lainnya. Rombongan Bung Karno semakin dibuat kagum, ketika melihat Merah Putih berkibar di halaman pekarangan gubug-gubug yang terbuat dari kertas atau kajang (anyaman dari nipah/bambu), yang diantaranya beberapa gubug itu hampir roboh.


Kadang kala, Rakyat terjun ke sungai mengelilingi perahu Bung Karno dan memberikan isyarat untuk berhenti sejenak, disitulah berlangsung rapat raksasa kecil. Rombongan Bung Karno kembali dibuat terkejut melihat kain-kain yang dipakai perempuan, selendang, tudung dan pakaian yang jarang dipakai tergantung di sepanjang sungai. Rombongan sempat berpikir bahwa yang dilihatnya adalah jemuran, setelah didekati ternyata bukan. Kain-kain tersebut adalah simbol rakyat bersatu (tercermin dalam beragam pakaian yang tergantung) memberikan penghormatan kepada rombongan yang datang. Jika di jawa menggunakan spanduk besar di pinggir jalan, di Kalimantan Tengah menggunakan cara originalnya untuk menyambut tamu besar yang datang.


Bung Karno direncanakan datang membawa 200 orang, namun yang hadir bersama Bung Karno ke Palangka Raya ada 1000 orang termasuk wartawan dalam dan luar negeri. Kehadiran 1000 orang tersebut membuat Tjilik Riwut sedikit was-was. Kehadiran tamu tentu membahagiakan, namun bagaimana mempersiapkan konsumsi dan penginapan 1000  orang rombongan tersebut, sedangkan jumlah penduduk Palangka Raya (Pahandut) hanya hitungan jari. Namun dengan pembagian tugas masing-masing dan bergerak secara maksimal, dalam sekejap permasalahan itu dapat diselesaikan, 6 karung beras siap.


Pada pukul 02.00 dini hari, rombongan Bung Karno tiba di Palangka Raya (Pahandut), rombongan tidak diizinkan turun dari kapal dengan alasan aturan adat setempat. Padahal, larangan untuk turun dari kapal dikarenakan tidak ada tempat menginap yang cukup untuk menampung 1000 orang tersebut. Penginapan sekitar 80 orang wartawan ditempatkan di kapal yang mereka tumpangi. Kedatangan rombongan Bung karno juga membawa wartawan dalam negeri dan luar negeri yaitu W.L Olmants Dar SK., Vrij Nederland dan Sri Sunan Solo, serta Notosutarjo dari Harian Pemuda.


Setelah pagi, barulah rombongan turun ke darat, melewati berbagai acara adat, berjalan kaki sejauh 3 Km ke tempat dataran dimana Ibu Kota Kalimantan Tengah dibangun. Dalam acara adat terdengar kata-kata bahasa Dayak “Angkajori doha ikei bahondang, ikei heam aro ang kajibon” yang artinya “selama darah kami masih merah, kami tidak mau dijajah atau diperbudak” kalimat itu juga mempunyai pemaknaan penghormatan kepada bung Karno karena dianggap sebagai Pahlawan besar yang pulang berperang membawa kemenangan.


17 Juli, 1957, Pukul 10.17 telah di letakkanlah tiang pertama ibukota Kalimantan Tengah oleh Ir. Soekarno. Peletakan itu disaksikan oleh masyarakat Kalimantan Tengah, Pejabat sipil dan militer tingkat  Kalimantan, Kalimantan Selatan/Kalimantan Tengah, serta 6 orang termasuk menteri PUT. Ir. Pangeran Mochamad Noor dan para corps Diplomatik serta para wartawan dalam dan luar negeri.


Kalimantan tengah merupakan provinsi ke-17 di Indonesia. peresmian Provinsi bertepatan dilakukan oleh Kabinet ke-17 Republik Indonesia. Sehingga  sebagai kenang-kenangan, di depan kantor gubernur lama didirikan tiang bendera yang tingginya 17 meter. Peresmian itu juga secara simbolis ditandai dengan Mantejek jihi ije solake (peletakan tiang pertama pembangunan kota Palangka Raya). 


Kemudian, Cuaca panas terik membuat keringat bercucuran.. Hanya Bung Karno yang naik jeep, ditarik oleh penduduk atas keinginan masyarakat sendiri, yang lainnya jalan kaki , termasuk para menteri. Pada saat itu pula lahirlah Puisi tanpa judul karya Tjilik Riwut  yang berisi tentang sanjungan kepada Bung Karno dan ucapan syukur telah diletakkannya batu pertama kota Palangka Raya.


Sebuah puisi tanpa judul :

Karya Tjilik Riwut


Apa nian yang hendak diperkenalkan

Hutan lebat, daerah makmur gudang kekayaan

Kekuatan digalang - tangan digenggam

Manusia jiwa kelana putra

Memenuhi panggilan - ibu pertiwi

Di sana kau nan berada

Kemedan baku yang kaya - karya

Hutan lebat tempat berjasa

Panggilan nan suci

Kalimantan Tengah menanti

Karyawan sejati

Membuka padang yang luas

Hutan belukar kau tebas

Tiba pahlawan - Kepala Negara

Berdayung - berkapal - berbahagia

Meletak BATU PERTAMA 

Pemimpin besar revolusi kita

Seakan-akan malaikat turun dalam dunia - mencipta

Diletakkan baru pertama - medan bakti

Palangka Raya kini terjadi - bukti

Dibangunkan dengan megahnya 

Ditengah hutan - hutan lebat - pantas

Pemimpin negara meletak dasarnya

Oh pemimpin ku IR. SOEKARNO 

Tercipta sejak tanggal 17 Juli 1957 




Sumber : Nila Riwut (2018). Kronik Kalimantan vol. 3. Tahun 1955 S.D 2014 . Yogyakarta.  NR Publishing. p 102-114.


Komentar