Saturday, September 22, 2018

Pandangan sang Mahasiswa Tentang Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya


Tulisan ini berisi tentang pengalaman Penulis setelah lebih dari 1 tahun menimba ilmu di kampus saya ini, tepatnya urusan manajemen FEB Universitas Palangka Raya (UPR).

Penulis Afrelan Sius Silalahi-BBA 117 155


Gambar mungkin berisi: Afrelansius Silalahi


UU NO. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat di Muka Umum Dalam pasal 1 ayat (1), UU tersebut menyatakan bahwa Hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Yang dimaksud mengeluarkan pendapat di muka umum adalah penyampaian pendapat di muka umum, baik secara lisan, tulisan, dan sebagainya. 

Harapan Penulis adalah agar tulisan ini dapat dibaca pihak terkait dan dapat berbenah diri untuk menuju FEB Universitas Palangka Raya (UPR) sebagai lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka di Kalimantan sesuai dengan Visi FEB UPR.(Panduan Akademik 2017/2018 hal, 78)

1. Kurangya Profesionalitas (Kemampuan Untuk Bertindak Secara Professional) Para Dosen
Memang tidak semua dosen seperti ini tetapi kalau menurut penulis ada sekitar 50% dosen yang bertindak kurang professional. Hal ini dapat dibuktikan dengan jarangnya dosennya masuk, ada yang hanya datang sewaktu perkenalan, memberikan kuliah sekali atau dua kali, selanjutnya masuk saat UTS, dan UAS saja. Penulis sebagai mahasiswa yang sampai jauh datang ke Kota Palangka Raya merasa dirugikan karena ketidakpuasan mendapat materi kuliah dan akhirnya penulis tidak menguasai mata kuliah tersebut.
Parahnya lagi ketika ada dosen bergelar profesor sewaktu saya kuliah jarang masuk, Seharusnya mereka dapat mengajar secara profesional karena mereka telah ahli di bidang mata kuliah yang di ampunya tersebut. Padahal metode mengajar yang mereka miliki dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan handal sehingga seharusnya mahasiswa pada akhirnya dapat menjadi Lulusan yang  memiliki daya saing dan kompeten.

2.  Staff FEB UPR Yang datang tidak tepat waktu
            Pengalaman penulis adalah ketika kami kuliah jam 7 pagi sesuai jadwal harus memakai proyektor  dan proyektor kami disimpan di KASUBAG UMUM, tetapi staff bagian tersebut belum ada di tempat dan kami tidak bisa memakai proyektor sebagai alat presentasi kuliah. Hal ini sangat sering terjadi, belum ada perubahan hingga kini. Oleh sebab itu penulis sangat ingin hal ini dapat diubah oleh mereka. Akhirnya, saat presentasi atau penyampaian materi dari mahasiswa hanya dengan dibacakan dan kurang menarik sehingga menimbulkan banyak pertanyaan karena mahasiswa lainnya susah memahami materi yang disampaikan.


3. Cara Mengadministrasi Data Mahasiwa yang Bertele-Tele
            Pengalaman Penulis saat pendaftaran ulang atau disebut Heregistrasi ke FEB UPR disebutkan semua mahasiswa harus lewat jalan Online, tetapi ribetnya setelah online, data yang telah kita kirim tadi harus di print lagi dan mengisi surat peryataan kebenaran data dan surat kebenaran data tersebut di scan lagi ke data online lagi. terakhir semuanya itu di print lagi dan dimasukkan kedalam map Bussiness File dan diserahkan ke loket yang tesedia di fakultas.
            Pandangan Penulis lebih baik pendaftaran ulang manual tetapi cepat daripada pendaftaraan online tetapi bertele-tele. Karena saat semester satu penulis masih melakukan pendaftaran manual namun cepat selesai, tetapi penulis dan kawan-kawan lainnya lebih lama menyelesaikan daftar ulang mereka lewat online. Memang sangat baik dilakukan pendaftaran ulang lewat Online, tetapi perlu dibenahi lagilah cara pengisian dan penyerahan data ulang ke fakultas.
4.      Kurangnya Keaktifan Mahasiswa Saat Belajaar dan Berorganisasi di Kampus
            Kurangnya keaktifan mahasiswa ini, penulis pikir adalah kurangnya inovasi atau metode mengajar dari dosen. Banyak dosen hanya mengajar satu arah, sehingga mahasiswa mengantuk dan kurang tertarik mengikuti kuliah. Ditambah lagi para mahasiswanya yang apatis tidak mau peduli apapun yang terjadi. sebagian besar mahasiswa hanya jadi KUPU-KUPU atau kuliah pulang - kuliah pulang. Seharusnya dosen bisa sering mengajak mahasiswa untuk berdiskusi atau metode apapun itu agar menarik hati para mahasiswa.

   4. Selanjutnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepi peminat, ataupun iika ada peminat jarang mengikuti kegiatan UKM.
 Contoh: Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJ-M) FEB UPR, sedikit yang berminat masuk HMJ-M yang sedikit itupun sebagian jarang megikuti kegiatan mereka sendiri. Padahal, pandangan Penulis banyak manfaat yang kita dapatkan dari berorganisasi, mulai dari menambah relasi, melatih Public Speaking, melatih jiwa kepimimpinan, dan mengembangkan bakat dan minta mahasiswa.
            Solusi yang penulis untuk tentang mengatasi UKM sepi peminat ini adalah pihak fakultas dapat memberikan misalnya FREE 3 SKS bagi mahasiswa yang mengikti UKM  ini. sehingga mahasiswa mau aktif berorganisasi dan Fakultas mau membantu membiayai operasianal berbagai kegiatan UKM di Fakultasnya.

HIDUP MAHASISWA!!!

 Terima Kasih...

Pesan terakhir : saya akan menuliskan esai yang baru nantinya menggenai fakultas ini jika sudah terjadi perubahan kearah yang lebih baik.


Sunday, September 16, 2018

ANTARA PENDIDIKAN DAN KESENJANGAN SOSIAL

Benahi Perekonomian dan Pendidikan untuk Kemajuan Bangsa
“Salam luar biasa…Pemuda Indonesia harus berkarya”
Penulis : Afrelan Sius Silalahi – Mahasiswa - Manajemen UPR - BBA 117 155.
 


Ekonomi dan Pendidikan….
Baiklah teman-teman inilah topik yang saya bahas 














kali ini. saya membahas topik ini karena pada saat saya kuliah Mata Kuliah Umum (MKU) PKN, saya bertanya kepada teman saya saat kelompoknya mempresentasikan tentang kesenjangan sosial.
 Bagaimana bisa masyarakat makmur dan sejahtera jika mereka banyak yang tidak dapat merasakan dunia pendidikan?
(pemikiran saya saat bertanya itu adalah pendidikan adalah kunci utama untuk meraih kesejahteraan masyarakat ).
 Melalui media pendidikan, setiap manusia dapat belajar mengetahui (learning to know) itulah saat kita diajarkan tentang teori, belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do) itulah saat praktek lapangan, belajar untuk menjadi sesuatu/seseorang (learning to be) itulah saat kita belajar untuk memiliki cita-cita mau jadi apa nantinya, dan belajar untuk hidup bermasyarakat( learning to live together) itulah saat kita harus saling berkomunikasi satu sama lain, baik itu siswa ke sesama siswa maupun siswa kepada guru dan sebaliknya dan belajar saling menghargai perbedaan pendapat saat ada diskusi dikelas.

Kemudian, kembali kepada jawaban teman saya (Friska) atas pertanyaan saya sebelumnya, dia berpendapat bahwa masyarakat sebenarnya tidak dapat merasakan dunia pendidikan karena perekonomian masyarakatnya yang susah dan terpuruk. Pendidikan yang baik itu membutuhkan biaya yang besar sedangkan kita tahu perekonomian masyarakat Indonesia itu masih berkembang atau belum maju, maka untuk mendapatkan pendidikan yang  baik mereka mereka sangat susah. Maka, penyebab kesejangan sosial itu dia simpulkan adalah karena perekonomian yang belum maju jadi menempuh dunia pendidikan ynag berkualitaspun sangat susah untuk memperbaiki kesejangan sosial tadi.

Akhirnya, Dosen kami yang mengampu mata kuliah PKN (Yorgen Kaharap, M.Si) menyatakan pendapat para mahasiswa sangat benar. Itulah sebenarnya yang sekarang menimpa bangsa ini, pendidikan dan perekonomian adalah dua hal yang paling utama harus dibenahi pemerintah. Perekonomian dan Pendidikan akan berjalan berbarangan/bersama karena jika pendikan sudah dapat ditempuh dengan baik perekonomianpun mulai dapat diperbaikai dan sebaliknya, jika perekonomiannya juga baik pendidikan yang berkualitaspun dapat kita tempuh.  Jadi, dengan terbenahinya dunia perekonian dan pendidikan bangsa ini, niscaya bangsa kita akan bisa menjadi Negara yang maju.

the 2nd essay….by Afrelan Sius Silalahi

5 DAFTAR PINJOL LEGAL MUDAH CAIR 2025