BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
21 April adalah peringatan
hari Kartini. Peringatan tersebut mengajak kita melihat sejarah, bagaimana
seorang Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan khususnya dibidang pendidikan.
Kartini berpandangan bahwa Pendidikan adalah jalan yang tepat untuk mengubah
nasib perempuan yang harus dianggap lemah karena tidak mengetahui ilmu
pengetahuan.
Pada abad yang lalu diskriminasi wanita adalah
hal biasa, yang kadang-kadang lebih hebat dari diskriminasi rasial. Ada
kalangan yang mengasingkan apakah perempuan itu benar-benar manusia; ada yang
menganggapnya makhluk yang lebih rendah atau mata rantai antara antropoid dan
manusia. Max Fungke menganggap perempuan setengah manusia (Montagu, 1945,
1956), dan pihak lain ada yang menganggap perempuan hanya bertugas untuk
bersalin dan bersalin pakaian, atau menjahit dan memakai baju.
Di Indonesia pandangan terhadap perempuan adalah sosok yang
lebih lemah dari laki-laki sudah terjadi sejak zaman penjajahan dahulu. Hal ini
dapat dilihat dari kebijakan yang dibuat oleh penjajah seperti perempuan dilarang
bersekolah. Kemudian para suami pribumi tidak memperbolehkan istri mereka
keluar, karena perempuan dianggap milik mereka seutuhnya dan bebas diatur
bagaimana saja.
Pemikiran yang menganggap perempuan adalah sosok yang lemah
masih banyak dijumpai sampai abad 21 ini. Dapat dilihat dari cara berpandangan
masyarakat yang menyatakan lebih baik jika hidup perempuan dirumah harus
menjadi pengurus rumah, dapur, dan kasur. Jika menjadi wanita karier harus juga
menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT). Pandangan-pandangan seperti ini yang perlu
diperjuangakan bersama untuk mencapai kesetaraan gender. Karena pada dasarnya
laki-laki dan perempuan diciptakan sepadan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Kartini adalah pejuang kaumnya
(perempuan) di Indonesia. Berjuang untuk menghapus sistem lama yang buruk dan
menghapus anggapan perempuan adalah manusia yang lemah. Perjuangan
Kartinimenegaskan bahwa pendidikan itu hak semua gender. Jika perempuan telah
terdidik, maka antara laki-laki dan perempuan tercapai yang namanya kesetaraan.
Berbagai uraian tersebutlah yang
membuat penulis tertarik untuk memilih judul “Memahami Makna Hari Kartini melalui Pendidikan
Karakter” ini.
1.2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
A. Mengetahui
makna sejati dari hari Kartini.
B. Mengetahui
kondisi dan peranan perempuan pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
C. Mengetahui
makna pemimpin perempuan dan pahlawan perempuan.
D. Mengetahui
makna emansipasi perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia saat ini.
E. Mengetahui
cara mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak demi
terciptanya Sustainable Development Goals
(SDG)
1.3 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
A. Bagi
Penulis/Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah dapat
memaknai arti sejati dari Hari Kartini dan Kesetaraan Gender. Melalui tulisan
ini, penulis diajak menjadi seorang yang pemikir yang tidak menganggap
perempuan lemah. Tetapi antara perempuan dan laki-laki adalah sepandan serta hanya
berbeda secara biologis.
B. Bagi
Masyarakat Umum
Manfaat
penelitian bagi masyarakat umum adalah untuk memeperbaharui pandangan lama yang
menyatakan perempuan lebih rendah dari laki-laki, perempuan setengah manusia
dan berbagai pandangan buruk lainnya. Dengan semakin bertambahnya pandangan
baru yang lebih baik diharapakan kesetaraan gender dapat terwujud. Sehingga
perjuangan pahlawan Kartini dahulu tidak sia-sia begitu saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Referensi Penelitian terdiri dari:
1. Indriati,
Etti. 2000. Antrapologi Biologis.
Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Tujuan penulis mengutip peryataan
ahli tersebut adalah karena ingin menunjukkan bahwa perempuan ternyata lebih
kuat dibandingkan dengan lai-laki secara biologis. Maka laki-laki dan perempuan
itu adalah setara dalam segala segala bidang. Apa yang dikerjakan laki-laki
dapat juga dikerjakan oleh perempuan.
2. Sudibyo,
Lies dan Titik Sudiatmi. 2013. Ilmu
Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta. CV Andi Offset.
Tujuan penulis mengutip peryataan para
ahli tersebut karena ingin menunjukkan pendidikan yang baik itu adalah
pendidikan berkarakter dan berbudaya. Pendidikan adalah media yang tepat untuk
menyadarkan semua orang tentang kesetaraan gender.
3. Samapaty,
Natasya Yosepha.2015. Strategi
Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Ekspedisi Barang Antar Pulau Pada PT. Bumi
Indah Lines di Surabaya. Agora (Jurnal ilmiah daring)
Penulis mengutip peryataan ahli tentang pengertian
metodologi penelitian, agar dapat dijelaskan sesui kebutuhan topik penelitian
ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam jurnal ilmiah (Natasya
Yosepha Samapaty:2015 mengutip pendapat Masyuri dan Zainuddin, 2011, P.40-41)
tentang metodologi penelitian.Metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu
penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi tertentu, yang
bertujuan menemukan fenomena-fenomena yang ditelititi kemudian menjelaskan
dengan membuat deskripsi
Teknik pengumpulan data melalui
studi kepustakaan dengan mengutip dan mengembangkan teori-teori yang relevan
dengan topik pendidikan karakter dan hubungannya dengan cita-cita Kartini untuk
mencapai kesetaraan gender.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Makna Sejati Hari Kartini
Hari Kartini adalah hari
kemerdekaan perempuan dari diskriminasi. Perempuan yang sebelumnya dianggap
lemah bahkan dianggap tidak sepenuhnya manusia dapat dibantah. Perempuan
memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Maka apa pun yang dapat dilakukan
laki-laki dapat dilakukan oleh perempuan, kecuali secara kodratnya. Sehingga melalui
momentum ini, perempuan jangan takut untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya, agar dapat meningkatkan peluang karier yang baik.
Diskriminasi posititif terhadap
wanita mungkin karema adat kita sendiri ataupun tradisi Eropa, misalnya galanteri Victoria. Laki-laki ringan
menolong wanita, misalnya mengangkat barang, memnukakan pintu, memberi tempat
duduk dikendaraan umum, memberi jalan dan sebagainya. Di Barata hal ini sudah
banyak yang ditinggalkan. Ikut sertanya wanita dalam pekerjaan bangunan,
pembersihan jalan dan sebagainya tidak dianggap sebagai hal yang terpuji.
(Indriati, Etty;2000)
Sekarang dunia sudah memberikan
kebebasan terhadap perempuan. Perempuan bebas memilih apapun yang merekasuka. Hal
ini adalah dengan cita-cita Kartini, bagaimana laki-laki dan perempuan itu
dapat sepadan. Jadi, mari memaknai hari Kartini dengan tidak mendiskriminasi
gender apapun disemua bidang.
4.2 kondisi dan
peranan perempuan pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
4.2.1 Masa Pra Kemerdekaan
Perempuan pada
masa pra kemerdekaan menjadi manusia yang dianggap lemah. Karena kerjanya hanya
di dapur, kamar dan kasur, serta milik laki-laki seutuhnya. Perempuan tidak
diberikan kebebasan untuk bersekolah, sehingga pengetahuan mereka pun tidak
berkembang.
Kartini adalah
perempuan yang berasal dari keluarga yang dihormati di daerahnya. Keluarganya
juga tergolong orang kaya, walaupun masih masa penjajahan Belanda. Sehingga
Kartini memiliki hak istimewa dan dia dapat bersekolah dengan anak-anak Belanda
dan anak-anak pejabat lainnya.
Melihat Keadaan kaumnya
di negerinya sendirinya, Kartini menjadi kasihan dan ingin memperjuangkan
hak-hak perempuan pribumi lainnya. Pendidikan itu hak semua gender. Dan melalui pendidikan pula nasib perempuan
dahulu dapat berubah dan menjadi sama pengetahuannyaa dengan laki-laki.
Kartini pun membuka
sekolah khusus bagi perempuan pribumi. Sekolah selain untuk menambah ilmu
pengetahuan, sekolah juga merupakan tempat untuk mengubah karakter dan
pemikiran untuk jadi lebih beradab. Perjuangan Kartini tersebutlah yang
membuatnya terkenal, yang disebut dengan emansipasi wanita. Jadi, banyak
perempuan yang ada di lingkungannya mengenal dunia pendidikan.
4.2.2 Masa Pasca Kemerdekaan
Perempuan setelah masa
kemerdekaan masih mengalami diskriminasi, walapun tidak sekuat pada masa pra
kemerdekaan Indonesia. Dapat dilihat dari Masa Orde baru dimana ada gerakan
demo besar-besaran yang menggulingkan rezim Soeharto, dan banyak perempuan ikut
didalamnya. Laki-laki dan perempuan sama-sama berjuang dan sama-sama dapat
bersekolah.
Eksistensi perempuan
mulai tampak kembali pada masa reformasi ketika lahir pemimpin perempuan pertama
Indonesia yaitu Ibu Megawati Soekarno Putri. Beliau dapat berperan menjadi
presiden RI, yang menjadi inspirasi utama perempuan-perempuan Indonesia, bahwa
kesetaraan gender itu dapat terwujud. Beliau membuktikan bahwa perempuan dapat
mengurus negeri yang sangat luas ini.
4.3 Makna Pemimpin Perempuan dan Pahlawan Perempuan
Makna
pemimpin perempuan artinya perempuan sudah dapat bertanggung jawab menjadi atasan
atau yang mengatur apa yang dia pimpin.
Contoh perempuan menjadi bupati artinya dia bertanggung jawab menyatakan
dirinya siap mengatur dan membawa perubahan baik terhadap kabupatennya. Dalam
arti lebih luas, perempuan sudah tidak ada lagi sekat-sekat yang dapat
membatasinya ingin menjadi seperti mereka.
Pahlawan
perempuan, artinya yang menjadi pembela bangsa dari penjajahan tidak hanya
laki-laki. Ada perempuan yang berjaung didalamnya. Ada Kartini yang berani
mendirikan sekolah terhadap perempuan tanpa takut ditangkap oleh Belanda. Ada juga
perempuan berani angkat senjata dan bambu runcing untuk mengusir penjajah, dan
banyak lahir pahlawan perempuan untuk membela kepentingan Negara Indonesia
untuk merdeka.
Dalam
sejarah perjuangan Indonesia banyak perempuan andil besar dalam memerdekakan
bangsa ini. Maka jangan pernah ada pemikiran lagi yang menganggap perempuan itu
lemah, bahkan perempuan hanya seengah manusia.
4.4 Makna Emansipasi Perempuan dan Kesetaraan Gender
di Indonesia.
Emansipasi
artinya pembebasan dari perbudakan. Perempuan yang dahulu hanya dianggap sebagi
budak laki-laki, kini dapat menjadi sepadan. Perempuan membuktikan bahwa mereka
juga memiliki pengetahuan dan mampu menjadi pemimpin. Maka, dengan adanya emansipasi
perempuan ini, semua bidang pekerjaan dapat dicapai oleh semua gender.
Kesetaraan
gender artinya laki-laki dan perempuan itu sederajat. Diciptakan bukan untuk
saling menguasai, tetapi untuk saling melengkapi. Jadi, tidak ada pekerjaan
laki-laki yang tidak dapat dikerjakan perempuan. Dan tidak ada pekerjaan perempuan
yang tidak dapat dikerjakan oleh laki-laki.
4.5 Cara Mewujudkan Kesetaraan Gender dan
Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Adapun
tujuan kesetaraan gender dan perempuan dan ini adalah terciptanya pembagunan
SDM Indonesia yang berkelajutan. Cara-cara yang mewujudkan ini dimulai dari
dalam diri sendiri. Memulai dengan berani mengambil tanggung kecil seperti
menjadi ketua kelas, berani menyampaikan pendapat di depan banyak orang.
Sehingga nantinya dapat melakukan tanggung jawab atau pekerjaan-pekerjaan besar.
Perempuan dan anak sejak kecil
harus mendapatkan pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter ini
perempuan dan anak dapat memahami bahwa
semua gender adalah sepadan. Dengan pemahaman ini, maka tidak akan ada keinginan
untuk menguasi atau mengeksploitasi. Dengan pendidikan karakter juga akan
dibentuk karakter penerus bangsa ini, bahwa gender bukanlah pembatas untuk
mencapai sesuatu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah :
A. Hari
Kartini merupakan hari kemerdekaan perempuan dari diskriminasi. Perempuan yang
sebelumnya dianggap lemah bahkan dianggap tidak sepenuhnya manusia dapat
dibantah. Sehingga, perempuan jangan takut untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya, agar dapat meningkatkan peluang karier yang baik.
B. Kondisi
dan peranan perempuan dari setiap masa mengalami perubahan ke arah yang lebih
baik. Mulai dari masa perbudakan berubah menjadi emansipasi perempuan dan
sekarang terciptlah kesetaraan gender.
C. Pemimipin
dan pahlawan perempuan adalah bukti nyata utama, bahwa perempuan dapat berkarya
dan bertanggung jawab. Maka dengan adanya pemimpin dan pahlawan perempuan,
harus dijadikan inspirasi agar perempuan semakin percaya diri, dan berusaha
mencapai cita-cita yang mereka inginkan.
D. Emansipasi perempuan adalah langkah paling
tepat untuk kesetaraan gender. Sehingga tidak boleh ada pembatas antara
perempuan dan laki-laki untuk terus berkarya.
E. Cara
mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak harus dimulai
sejak kecil. Pendidikan karakter adalah jalan tepat untuk mewujudkan tanggung
jawab semua gender agar tercipta pembagunan SDM Indonesia yang berkelanjutan. Dan
semua ini harus dimulai dari diri sendriri dengan berani mengambil tanggung
jawab seperti menjadi ketua kelas, koordinator kegiatan, dan lain sebaagainya.
5.2 Saran
Adapun
saran penulis bagi pembaca adalah implementasikanlah apa yang sudah diuraikan
diatas. Jika wacana tersebut tidak diimplemestasikan, maka tidak ada maknanya
penelitian dibuat. Dan akhirnya kritik
dan sarannya dari pembaca pun saya terima demi perbaikan tulisan penulis
berikutnya.
Jika
yang penulis uraiakan diatas adalah benar, itu semata-mata hanyalah anugerah
dari Tuhan yang saya terima. Tetapi jika yang diuraikan penulis diatas ada yang
yang salah, itu akibat keterbatasan saya sebagai manusia, maka penulis memohon
maaf bagi pembaca. Karena kesempurnaan sejati hanyalah milik Tuhan Yang Maha
Esa. Terima Kasih
Daftar
Pustaka
Indriati, Etti.
2000. Antrapologi Biologis.
Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional..
Sudibyo, Lies
dan Titik Sudiatmi. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta. CV
Andi Offset
Samapaty,
Natasya Yosepha. 2015. Strategi
Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Ekspedisi Barang Antar Pulau Pada PT. Bumi
Indah Lines di Surabaya. Agora (Jurnal ilmiah daring)