Wednesday, September 18, 2019

Bentuk Implementasi Nyata Pancasila: Sudut Pandang Seorang Marhaenis


A.    DASAR PEMIKIRAN
Ekasila adalah tindakan gotong royong dalam mengerjakan segala bidang. Indonesia sendiri adalah negara gotong royong. Dan gotong royong lebih dinamis dari kekeluargaaan. Indonesia berjuang bersama untuk melawan kolonialisme dengan berbagai cara. Jadi, ketika semua dikerjakan secara gotong royong maka Pancasila pun telah kita terejawantahkan (terlaksanakan/termanifestasikan).
     Kampus menurut KBBI adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi)  tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung. Kampus merupakan daerah intelektual yang semuanya bersiafat ilmiah. Semua hal harus dilengakapi data, logika , dan dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh sebab itu kampus merupakan tempat yang benar untuk memdistribusikan  nilai-nilai Pancasila dan Marhaenisme. Karena kaum intelektual juga akan mendistribusikan nilai-nilai tersebut kepada masyarakat luas.
     Pancasila pada saat disampaiakan bung Karno, apabila diperas akan menghasilkan Ekasila (disampikan beliau saat sidang  BPUPKI 1 Juni 1945). Isi Ekasila itui adalah gotong royong. Beliau percaya jika kita semua gotong royong menyesaikan masalah bangsa ini, maka cita-cita bangsa Indonesia pasti akan tercapai. Dan penulis penulis yakin Ekasila itu masih relevan di era revolusi uindustri 4.0 ini.



A.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah esai ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara membangun  kader marhaenis di lingkugan Universitas Palangka Raya?
2.      Apa perbedaan nilai-nilai Pancasila dan Marhenisme?



A. 2 Tujuan Penulisan
     Adapun tujuan penulisan esai ini adalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan cara membangun  kader marhaenis di lingkugan Universitas Palangka Raya.
2.      Menjelaskan perbedaan nilai-nilai Pancasila dan Marhenisme.



A.3 Sasaran Pembaca
Adapun sasaran pembaca  esai ini adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa Universitas Palangka Raya khusunya  dan akademisi pada umumnya.
2.      Masyarakat luas.


B.       ISI
B.1 Pengertian Kader Marhaenis
            Kader adalah orang yang diharapkan akan memengang peranan penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya. Marhaenis adalah orang yang termasuk dalam gologan marhaen dan atau pemimpin kaum marhaen yang berjuang untuk rakyat (kaum kecil). Sedangkan yang dimaksud kaum marhaen adalah kelompok petani, buruh, nelayan, dan siapapun orangnya yang tertindas karena suatu sistem, sehingga mereka tidak dapat sejahtera dan merdeka sejati.
            Kader marhaenis adalah orang-orang yang siap mengerakkan rakyak yang tertindas karena sistem. Kader marhaenis bergerak berdasarkan nilai-nilai Marhenisme dan Pancasila. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pisau perlawanan terhadap sistem yang dibuat untuk menindas sesama manusia atau suatu bangsa terhadap suatu bangsa. Sistem tersebut seperti kolonialisme, neokolonialisme, imperialisme, neoimperialisme, kapitalisme, feodalisme, dan lain sebagainya.
B.2 Nilai-nilai Pancasila dan Marhaenisme
            Nilai-nilai sejati pancasila pada hakikatnya terlatak pada pelaksanaannya. Bukan hanya sekedar postulat atau ketetatap mutlak, teori-teori dan tulisan. Nilai sejatinya adalah bagaimana seluruh tatanan masyarakat dapat hidup berdampingan, aman, damai dalam keberagaman, harmonis, dan bahu-membahu mengejarkan masalah sosial. Seperti inisari dari pancasila yaitu gotong royong. Maka, ketika semua dikerjakan secara gotong royong apapun masalahnya pasti terselesaikan.
            Nilai-nilai marhenisme sejati teletak juga pada implementasinya. Bagaimana setiap kader marhaenis mampu menggerakkan kaum marhaen. Sedangka nilai-nilai dasar marhaenisme adalah sosio-nasinalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan yang maha esa. Kita dapat melihat semua dasar perjuagan perjugan marhaenis adalah kemunisaan. Jadi, setiap marhaenis harus dapat memanusiakan sesama manusia demi terciptanya sosialisme Indonesia.
B.3 Cara membangun kader Marhaenis
            Cara membangun kader marhaenisdimulai dari diri sendiri sepert menunjukkan sikap seorang marhaenis. Sikap yang mengutamakan masalah bangsa, masalah bersama, bukan mengutamakan masalah pribadi. Contoh: di kampus ada yang menjual dosen yang menjual diktat dengan iming-iming nilai bagus. Terus kita harus siap melawan sistem yang salah tersebut, karena telah menindas mahasiswa. Jika semua siap melawan dan berkata tidak untuk membeli diktat pastinya sistem penindasan tersebut akan musnah. Artinya. Cara membangun kader marhaenis harus menunjukkan sikap berani, idealis, peduli, dan tegas untuk mengatakan benar ya benar dan yang salah ya salah.

C.     PENUTUP
C.1 Membagun kader marhenis di Universitas Palangka Raya, dimualai dari anggota/kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)  yang menunjukkan perbuatan idealnya seorang marhaenis.
C.2 Nilai-nilai Pancasila dan Marhenisme adalah nilai-nilai yang saling berkorelasi, karena sama-sama untuk membangun bangsa Indonesia dengan mengedepankan kemanusiaan.




Referensi:
KBBI luring V 2019.

Monday, September 2, 2019

Bagaimana Kuliah tanpa Uang?


Saya berasal dari SUMUT, tepatnya kab. Simalungun.
Saya Afrelan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Saya punya komitmen untuk  melajutkan kuliah setelah SMA, walaupun keadaan finansial tidak mendukung.
saya meyakinkan nenek, dan kelurga saya. bahwa saya akan kuliah dengan mandiri. Saya sampaikan pasti banyak pekerjaan sampingan yang dapat dikerjakan mahasiwa sambil kuliah agar bisa memenuhi kebutuhan makan dan tempat tinggal. Saya yakinkan pula nanti saya pasti bisa dapat beasiswa.

Akhirnya…
Kami sepakat meminjam uang untuk membeli tiket pesawat & saya pun melangkah ke tangga yang diberi  status mahasiswa di Universitas Palangka Raya di Kalimantan Tengah.

Semester I
-Masa OSPEK atau di kampus kami disebut OMBA (orientasi Mahasiswa Baru).  Masa OMBA ada ±1 bulan, kadang ± jam 3 subuh ke kampus, dan jam 17.00 WIB pulang ke kos.
Sementara saya tidak punya uang untuk makan, tempat tinggal, dan membeli perlengkaan OMBA. Jadi, seminggu berada di Kalimantan, saya langsung mencari kerjaan sampingan. Puji Tuhan, kebetulan ada kerjaan malam hari dan upahnya harian. dimulai pukul 19.30 s.d 01.30 dini hari.

Kerjaannya menjaga kolam pancing ikan Lele, yang berjarak 5 Km dari kampus saya. Gaji saya biasanya 50 ribu-150 ribu/malam. seminggu bekerja 4 kali. Saya belum punya motor, jadi sering diantar, dan kadang lupa dijemput kawan satu kamar.
saya ± 5 kali jalan kaki dari tempat kerja pukul 02.00 dini hari menuju kampus, karena mungkin satu kamarku ketiduran. Jadi, karena kelelahan saya juga pernah tidur di depan gereja kampus.  Di sinilah saya berpikir , mencari uang dengan tenaga itu sangat melelahkan :
tapi hati saya terus berkata SEMUA INI ADALAH KOMITMEN HIDUPMU….!!!!!

Kembali ke masa OMBA, saya sering tidak tidur malam, sampai pada suatu hari, badan ku terlalu lelah, aku tidak ke kampus. saya tidur jam 06.00 pagi dan bangun jam 14.00 sore.

Masa kuliah (PASCA-OMBA)
Di kampus saya, saya sangat aktif bertanya dan mengkritisi cara mengajar dosen, dan sering jengkel pada oknum dosen  yang membuat mahasiswa itu seakan sapi perah.
Pengalaman saya (semester  1 ada ± 2 dosen seperti ini): Ada dosen nawarin buku fotocopyan harga 90 ribu dan mengatakan nilai aman. tetapi saya fotocopy sendiri hanya 12 ribu.
saya hitung2 MABA di kampus yang dia ajarin ada ± 250 orang. anggap 200 orang membeli dengan dia. artinya dia untung 90 ribu-12 ribu = 78 ribu x 200 mahasiswa =Rp 15.600.000,- setiap tahun hanya modal nawarkan goresan tinta (nilai) bisa membeli sepeda motor tiap tahunnya.
catatan: saya sangat benci dosen yg menjadikan mahasiswa sbg sapi perah, karena saya mengalami betapa tulang dan daging sakit mencari uang dengan tenaga. Dan saya tahu masih banyak orang tua mahasiswa di kampung yg mencari uang dengan tenaga, seperti buruh tani, pekebun, penambang illegal, nelayan, dsb.
Kemudian, satu semester pun berlalu dengan IP 3, 19.

Semester II
Saya masih bekerja, dan sudah berpikir untuk mencari pekerjaan lain, karena terlalu sakit rasanya kebanyakan begadang karena kerja. Puji Tuhan, saya dapat ide dengan membuka les privat dan mendapat gaji cukup2 makan.
± 3 bulan les privat, karena murid saya hanya 3 orang , saya mencari pekerjaan baru yaitu bersama teman menjadi pencuci motor dan pengisi ulang air minum. Dan disini saya sudah mulai pekerjaan saya yang menjaga kolam pancing, ke sesama mahasiswa yg butuh uang tambahan kuliah.
Relasi saya ketika mengajar privat, menawarkan saya bekerja menjual ayam di pasar besar. Saya pun mengiyakan pekerjaan itu. ± 4 bulan saya bekerja disitu dengan gaji 50-100 ribu/ hari.
semua pekerjaan saya coba yg penting tidak terlalu menggangu kuliah dan tidak melanggar hukum.
Semester II akhirnya selesai dengan IP 3,02



Semester III
Ada kebahagiaan yang dalam diri ini ketika masih dapat duduk di bangku kuliah di semester ini. Dimana aplikasi beasiswa saya diterima oleh Yayasan KSE. bantuan finansial saya dapatkan ditiap awal bulan 600 ribu + banyak/kegiatan yg menambah wawasan dan pengalaman saya.

Saya mulai tidak bekerja dan fokus pada kuliah serta kegiatan sosial KSE dan berbagai komunitas/organisasi yang saya ikuti. Saya tinggal di sekretariat penerima Beasiswa KSE di kampus saya, dan saya berusaha meminilisir pengeluaran. dan kadang sekali 2 bulan minta kiriman dari 200-500 ribu.
Alhasil semester ini selesai dengan IP 3,50 (Walaupun saya pikir, IP bukanlah tolak ukur kuliah saya bagus/tidak)

Semester 4-selanjutnya nanti saya tulis pada kesempatan yg lainnya…

5 DAFTAR PINJOL LEGAL MUDAH CAIR 2025